MUDIK SAHABAT KEMACETAN
Pulang kampung
alias mudik menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia.
Bertemu dengan keluarga menjadi momen yang paling dinanti usai seseorang
menjadi perantau di luar tanah kelahirannya.
Adapula dalam pergaulan
masyarakat Betawi, mudik dianggap sebagai sebuah kata yang berasal dari bahasa
Betawi yang berarti pulang. Kata tersebut merupakan antonim dari kata milir
yang berarti pergi. Milir merupakan turunan dari belilir yang berarti pergi ke
arah utara. Ini dapat diartikan karena tempat usaha para pedagang Betawi berada
di wilayah utara, yakni di pelabuhan Sunda Kelapa. Saat para pedagang berdagang
maka mereka akan milir ke arah utara. Setelah selesai berdagang, mereka pun
kembali pulang ke rumah yang berada di wilayah selatan. Inilah yang mereka
sebut dengan mudik, yang mereka artikan sebagai menuju udik. Itulah beberapa
asal kata mudik.
Mudik itu
dapat dikatakan satu paket dengan kemacetan. Selain kemacetan, kecelakaan lalu
lintas pun menjadi perhatian saat musim mudik berlangsung. Jalur rawan
kecelakaan menjadi pusat yang diamankan para petugas. Untuk itu, salah satu
upaya pencegahan pihaknya berkerjasama dengan Dinas Perhubungan memeriksa
kelaikan kendaraan yang melintasi jalur tersebut. Terutama kendaraan umum
seperti bus.
Sejumlah
pengamat menilai bahwa perhitungan yang tak akurat dan fokus yang terlalu berat
pada ajakan penggunaan jalan tol Pejagan-Brebes menjadi penyebab kemacetan parah
yang terjadi pada mudik Lebaran.
Ketua
Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit menilai bahwa perhitungan
yang tidak tepat adalah salah-satu penyebab kemacetan belasan jam yang terjadi
di ruas tol Pejagan-Brebes. Selain soal perhitungan yang tidak akurat itu,
Danang juga menyoroti soal "ketidakdisiplinan mengelola permintaan
perjalanan" karena jalan tol Pejagan-Brebes yang tetap dimasuki mobil
meski tak mampu menampung volume kendaraan sehingga terjadi kemacetan panjang. Kurangnya
informasi soal kemacetan dirasakan oleh pemudik Bagus Marseto yang sedikitnya
menghabiskan sembilan jam dari pintu tol Pejagan sampai akhirnya memutuskan
keluar di pintu keluar pertama yang ditemui, yaitu Brebes barat.
Dikatakan,
tahun ini angkutan udara tertinggi dengan 4.468.047 orang disusul angkutan
darat jalan raya 4.328.337 orang, lalu kereta api 4.113.867 orang,
penyeberangan 3.698.042 penyeberangan, dan angkutan laut 910.191 orang. Dengan
prediksi ini ada dua hal penting. Pertama kian banyak masyarakat Indonesia yang
mementingkan efesiensi, tentu dengan biaya lebih tinggi. Kedua, kemungkinan
terjadi kemacetan parah di darat seperti tahun-tahun lalu.
Pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan Kepolisian RI telah melakukan
antisipasi jauh-jauh hari. Bahwa kini untuk perjalanan darat ke Jawa Tengah ada
tiga pilihan yaitu pantura, tol Cipali, dan lintas selatan. Masalahnya
pemerintah tidak memberikan informasi dan himbauan yang jelas tentang risiko
pulang mudik pada waktu dan jalur yang sama. Misalnya kini jalur favorit adalah
tol Cipali sam pai Brexit (Brebes Exit), namum keberangkatannya nyaris
bersamaan misalnya setelah buka, sehingga terjadi penumpukan.

Pemerintah
dinilai tidak menyiapkan sumber daya yang cukup, baik petugas Polri, petugas
tol, dan petugas lapangan lainnya. Selain itu, operator jalan tol dan polisi
tidak menertibkan truk barang yang mengambil jalur tengah, sehingga makin
memperparah kemacetan. Seharusnya truk-truk barang digiring untuk mengambil
lajur kiri dan yang membandel bisa diberikan tilang oleh kepolisian. Kerugian
konsumen selama macet di jalan tol adalah kerugian terhadap tarif tol yang
dibayarkan. Seharusnya membayar tol adalah mendapatkan benefit atas kelancaran
lalu-lintas, bukan malah kemacetan. Belum lagi kerugian terhadap bahan bakar
selama macet, puluhan liter bahan bakar terbakar percuma selama macet.
Mendengar segala
kendala yang terjadi saat mudik itu, lebih baik jika kita sendiri dapat
menanggulangi atau mengantisipasi kendala yang akan terjadi. Apalagi jika kita
ingin menggunakan kendaraan pribadi bersama keluarga dengan membawa anak-anak
beserta sanak saudara, perjalanan harus terasa aman, nyaman dan menyenangkan
walaupun macet tetap harus dilewati.
Tips Mudik Lebaran Agar Aman & Nyaman
Yang harus
dipersiapkan yaitu: 1.) Periksa Kondisi
Kendaraan, Untuk mobil, usahakan untuk periksakan mesin, rem, oli, air bag
dan roda. Untuk motor, mesin, rem dan ban motor harus dipastikan dalam kondisi
baik. Jangan meremehkan hal ini, karena banyak terjadi kecelakaan di jalan
dikarenakan kondisi kendaraan kurang layak untuk dipakai mudik. 2.) Bawa Makanan Dan Minuman Yang Cukup,
membawa persediaan makanan dan minuman yang cukup. Saat berkendara di tengah
kemacetan yang membuat stress, Anda bisa berpotensi lapar dan haus, bahkan hal
ini bisa menyebabkan kehilangan konsentrasi saat menyetir. 3.) Patuhi Lalu Lintas, Sebaiknya, Anda memilih untuk mematuhi
rambu-rambu lalu lintas saja dan berkendara sesuai dengan kecepatan normal.
Tidak perlu mengebut atau selap-selip kiri-kanan, terobos rambu lalu lintas,
yang nantinya bisa berujung kecelakaan di jalan yang merugikan keselamatan Anda
dan keluarga. 4.) Istirahat Saat
Kelelahan, Kembalilah menyetir ketika tubuh sudah kembali fit. Miliki
prinsip berkendara yang aman dan nyaman, sebab itu istirahat menjadi hal
pertimbangan penting. 5.) Gunakan Baju
Yang Nyaman, usahakan untuk menggunakan baju yang nyaman, seperti celana
katun, kaos dan juga jaket. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat yang
bisa membuatmu nggak nyaman bergerak. 6.)
Kenali Karakteristik Daerah Yang Akan Dilalui, ada daerah dengan jalanan
rusak, jalanan yang berkelok, jalanan yang sulit signal, minim lampu dan bahkan
daerah yang sering dilalui oleh binatang hutan. Dengan memahami karakteristik
daerah yang berbeda-beda tersebut, kamu bisa mengantisipasi hal yang akan
terjadi biar nggak kaget dan panik.
Komentar
Posting Komentar